HAKIKAT SASTRA

HAKIKAT SASTRA ANAK

Pengertian Apresiasi Sastra Anak

Apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. Berarti secara harfiah bahwa apresiasi sastra adalah pegharaan terhadap karya sastra. Sedangkan sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat memperkaya pengalaman rohani bagi kalangan anak-anak.Pramuki (2000) mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa,puisi,drama) yang isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan, kesenangan,sifat-sifat, dan perkembangan anak-anak. Dengan demikian,sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.
Apresiasi sastra menurut S.Effendi (1980:24) bahwa apresiasi sastra adalah “suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

Pendapat S.Effendi tersebut sejalan dengan Squire dan Taba (dalam Aminuddin,1987:34) yang menyatakan bahwa “apresiasi sastra mengandung tiga unsur inti : (a) aspek kognitif, (b) aspek emotif, (c) aspek evaluatif”. Aspek kognitif sejalan pengertian, aspek emotif sejalan dengan kepekaan perasaan, (c) aspek evaluative berkaitan dengan kepekaan pikiran perasaan dan penghargaan yang positif.
Lalu apa yang dimaksud dengan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan. Pertama, pengertian berkaitan dengan pemahaman tentang teori-teori dasar sastra, seperti pengertian puisi, unsur-unsur instrinsik prosa, dan lain-lain. Kedua penghargaan berkaitan dengan sikap pandang positif terhadap sastra bahwa sastra memiliki nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi penjernihan bati, peningkatan harkat kehidupan individual-sosial. Ketiga, kepekaan pikiran kritis berkaitan dengan kemampuan memahami dan mengungkapkan sintesis tentang makna atau nilai-nilai yang dikandung suatu karya sastra setelah mengadakan analisis yang teliti, saksama dan menyeluruh. Adapun kepekaan perasaan berkaitan dengan kemampuan menikmati dan menampilkan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra, seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan nasib tokoh, perasaan takut, kecewa, dan kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam cerita yang tergambar pada ekspresi wajah, gestur tubuh dan atau intonasi pada saat pembacaan karya sastra tertentu.
Tingkatan Apresiasi Sastra
Adapun tingkatan apreasiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
  1. Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa teratrik kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
  2. Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarkan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
  3. Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan untuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartsipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
  4. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan cipta sastra di berbagai media massa seperti Koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
Manfaat Apresiasi Sastra
Menurut Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat apresiasi sastra, yakni :
  1. Nilai Personal
Memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan kea rah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional;
  1. Nilai Pendidikan
Membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat (1) mengembangkan imajinasi, (2) mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, (3) meningkatkan keterampilan membaca-menulis yang akan diuraikan secara singkat.
  1. Mengembangkan Imajinasi
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Huck (1987) bahwa mengapresasi sastra dapat mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan) atau menciptakan sesuatu (gambar, karangan, dan sejenisnya) berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (KBBI,1994:372). Apresiasi sastra dapat meningkatkan imajinasi siswa karena dalam bersastra daya pikir didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal tanpa kekangan aturan yang kaku “licentie pueticai”. Kebebasan itu bukan berarti sebebas-bebasnya tanpa batas dan tidak berakar pada dunia nyata yang bersifat logis, luwes, dan dinamis. Dengan batas yang demikian orang yang bergelut dalam dunia sastra dapat menciptakan kreasi yang di dalamnya selalu ada unsur kebaruan, baik dari segi isi maupun dari segi bentuk, misalnya, karya Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, dan seniman lainnya.
  1. Meluaskan Pandangan Tentang Kemanusiaan
Melalui pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat diperoleh yang kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang kemanusiaan sekaligus berkaitan dengan pembentukkan watak dan pribadi yang baik dalam mengurangi kehidupan masyarakat. Misalnya dalam puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan pengalaman kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan bangsa di tingkat internasional.
  1. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Lehman mengemukakan bahwa siswa yang menggunakan karya sastra dalam membaca memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan pemahaman isi bacaan dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra sebagai bahan bacaan ( dalam Rofi’uddin,1997). Adapun hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis dengan memanfaatkan karya sastra sebagai bahan pembelajaran. Agustina (1997) menemukan dalam penelitiannya bahwa anak kelas tiga SD yang diajar menulis cerita melalui jurnal pribadi menunjukkan peningkatan kelancaran dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, Gani (1988:3) mengungkapkan bahwa di negara-negara maju pembelajaran apresiasi sastra tidak dipisahkan dengan pengajaran membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendekatan terpadu bahwa pembelajaran kiranya komponen bahasa disajikan secara terpadu seperti dalam pembelajaran sastra dipadukan antara membaca, dan menulis.
Jenis, Contoh, dan Ciri-Ciri Sastra Anak-Anak
Sastra anak-anak (kompas,2005) membagi sastra anak-anak ke dalam beberapa jenis, yakni : fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisional, dan komik. Pembagian tersebut sejalan dengan Framuki (2000) bahwa sastra anak-anak yang bersifat imajinatif dapat dibagi atas tiga macam yakni puisi, prosa, dan drama. Berdasarkan pendapat tersebut sastra anak-anak dapat dibagi atas tiga macam sebagai berikut.
  1. Puisi
Menurut Sudjiman (Nadeak:1985:7) menyatakan bahwa “ puisi adalah aragam sastra yang bahasanya terikat oleh iram, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Pengertian tersebut relative sejalan dengan pengertian puisi yang dikemukakan oleh Ralph Waldo Emmerson bahwa “puisi adalah mengajarkan sebanyak-banyaknya dengen kata-katayang sedikit-sedikitnya”. Berdasarkan pengertian tersebut dapatlah dikatakan bahwa puisi merupakan karya sastra yang berbentuk untaian bait demi bait yang relative memperhatikan irama dan rima sehingga sungguh indah dan efektif didendangkan dalam waktu yang relative singkat dibandingkan bentuk karya sastra lainnya.
Puisi sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas berbagai ragam. Waluyo (1987)mengkalsifikasi puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasanyang hendak disampaikan, terbagi atas : puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif, yakni sebagai berikut.
a.       Puisi naratif
Puisi naratif adalah puisi isinya berupa cerita. Penyair menyampaikan gagasannya dalam bentuk puisi dengan cara naratif yang di dalam nya tergambar ada pelaku yang berkisah.
b.      Puisi lirik
Adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadinya dengan cara tidak bercerita. Puisi lirik dapat berupa pengungkapan pujaan terhadap seseorang.
c.       Puisi deskriptif
Adalah puisi penyair yang mengungkapkan gagasannya dengan cara melukiskan sesuatu untuk mengungkapkan kesan, peristiwa, pengalaman menarik yang oernah dialaminya.
  1. Prosa
Prosa fiksi adalah karya sastra yang tidak dibuat atas rangkaian bait demi bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraph demi paragraph dengan merangkaikan unsur-unsur seperti tempat waktu, suasana, kejadian, alur peristiwa, pelaku berdasarkan tema cerita tertentu yang diperoleh secara imajinatif.
Cullinan (1989) menyebutkan beberapa jenis prosa fiksi, antara lain :
a.       Prosa fiksi sains
Prosa fiksi sains adalah cerita fiksi yang disusun dengan menekankan pada isi yang disampaikan. Isi yang disampaikan berupa ilmu pengetahuan (sains) atau bersifat factual.
b.      Prosa fiksi realistik
Adalah cerita yang disusun dengan tujuan untuk menyampaikan sesuatu yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang logis, baik berkaitan denga etika,moral religious, dan nilai-nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut diungkap melalui prosedur “bercerita” dengan menentukan tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang, dan amanat yang ingin disampaikan.
Peristiwa demi peristiwa yang disampaikan bukan merupakan fakta atau kejadian yang sesungguhnya melainkan peristiwa yang bersifat fiktif (seolah-olah pernah terjadi). Dikatakan realistic karena isi atau tema cerita tersebut diangkat dari kehidupan sehari-hari; ada kemungkinan hal tersebut terjadi dalam kenyataan sehari meskipun pelaku tempat, dan waktu kejadian yang berbeda.
c.       Prosa fiksi imajinatif (folkrole)
Adalah cerita yang di dalamnya menyajikan rangkaian peristiwa yang pelaku-pelakunya hanya ada dunia dalam dunia imajinasi pengarang;tidak ada dalam kehidupan sehari-hari, misalnya raksasa pemakan manusia dan burung garuda  raksasa, dalam cerita Bugis diistilahkan dengan nenepakande dan kuajang. Cerita seperti ini hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan bagi anak-anak yang suka dongeng dengan pelaku raksasa atau binatang (fabel), misalnya dongeng Tanah Sang Raksasa, Kepel Iwe-Iwel, Kancil yang Cerdik, dan sebagainya.
  1. Drama
Menurut Surana (1984) memberikan jawaban bahwa “ drama adalah karangan prosa atau puisi berupa dialog dan keterangan laku untuk dpertunjukkan di atas pentas”. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian drama yang disampaikan oleh Hermawan (1988:2) bahwa “ drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton.
Jadi, drama merupakan salah satu karya sastra yang dipakai sebagai medium pengungkapan gagasan atau perasaan melalui serangkaian dialog antarpelaku dan adegan, yang tujuan utamanya bukan untuk dibacakan secara estetis melainkan untuk dipertunjukkan.


Ciri-ciri Puisi Anak-anak

Menurut Sutawijaya,dkk (1992) puisi yang diberikan kepada anak sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra puisi di SD hendaknya memiliki ciri sebagai berikut:
  1. Ciri keterbacaan
a.       Bahasa yang digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang digunakan dikenal oleh anak,susunan kalimatnya sederhana sehingga dapat dipahami oleh anak.
b.      Pesan yang terkandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena tidak bersifat diapan (tersembunyi) melainkan bersifat transparan atau eksplisit.
  1. Ciri kesesuaian
a.       Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada usia anak Sekolah Dasar menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari petualangan, kehidupan keluarga yang nyata.
b.      Kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya, anak yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara tentang pantai atau pada musim kemarau, puisi yang dijadikan bahan ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau.

Ciri-ciri Cerita Anak-Anak

Hasyim (1981) mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada anak sebagai bahan belajardi Sekolah Dasar hendaknya memilki ciri sebagai berikut.
  1. Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tigkat perkembangan bahasa anak.
  2. Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak. Pada tahap pertama ( kelas 1-3 SD), bacaan untuk anak laki-laki dan wanita dapat disamakan. Untuk selanjutnya (kelas 4-6 SD) secara berangsur-angsur akan kelihatan bahwa anak laki-laki lebih menyenangi cerita petualangan, olahraga, dan teknik, sedangkan anak wanita lebih menyenangi cerita yang bersifat kekeluargaan dan sosial.
  3. Hendaknya jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi mengutamakan pendidikan moral dan pembentukan watak.
Ciri Drama Anak-anak

Drama anak-anak tidak jauh  beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi bahasanya, tema, pesannya, yang berbeda adalahdari segi dialog yang sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.

Sumber 
Kajian Bahasa Indonesia di SD, Unit 7 Sastra Anak-Anak. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN ANTARA TEORI SASTRA, SEJARAH SASTRA DAN KRITIK SASTRA

FONOLOGI

Cinta Bahasa Indonesia